DataMedan,-Saham raksasa media sosial Facebook turun tajam di tengah-tengah munculnya sejumlah pertanyaan dari para politisi Inggris dan Amerika Serikat tentang peraturan kerahasiaan pribadi penggunanya.
Perusahaan yang didirikan Mark Zuckerberg itu menjadi sasaran kecaman setelah laporan-laporan yang merinci bagaimana Cambridge Analytica -yang membantu kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden 2016 lalu- mendapatkan dan menggunakan informasi pengguna Facebook.
Juru bicara Perdana Menteri Inggris, Theresa May, menyatakan bahwa tuduhan tersebut ‘amat memprihatinkan’.Dalam perdagangan Kamis (19/03) di New York, saham Facebook turun hampir 8% menjadi US$171 atau sekitar Rp2,3 juta per saham.
Raksasa media sosial itu dituduh tidak memberitahu dengan tepat kepada para penggunanya bahwa informasi tentang profil mereka mungkin bisa diperoleh -dan juga disimpan- oleh Cambridge Analytica yang berkantor pusat di London.
Hari Jumat (16/03) pekan lalu, Facebook sudah mencabut sementara Cambridge Analytica karena mendapat data dari seorang peneliti yang melanggar kebijakan perusahaan.Ketika ditanya tentang laporan ini, juru bicara PM Inggris mengatakan: “Dugaan itu jelas amat memprihatinkan’.
“Amat penting bahwa orang masih tetap memiliki keyakinan bahwa data pribadi mereka akan dilindungi dan digunakan dengan cara yang tepat.”
Dua senator Amerika Serikat -Amy Klobuchar dari Partai Demokrat dan John Kennedy dari Partai Republik- juga meminta agar digelar sidang dengar pendapat tentang keamanan data.Mereka mengatakan ingin mengajukan pertanyaan kepada pimpinan puncak Facebook, Mark Zuckerberg, dan pimpinan perusahaan-perusahaan teknologi lain.
“Facebook sudah berjanji untuk menerapkan kebijakan dalam melindungi informasi orang, namun pertanyaan tetap muncul tentang apakah kebijakan itu sudah cukup dan apakah Kongres sebaiknya mengambil tindakan untuk melindungi informasi pribadi orang,” tulis kedua Senator dalam suratnya.
“Kurangnya pegawasan tentang bagaimana data disimpan dan bagaimana iklan politik dijual meningkatkan kekhawatiarn tentang integritas pemilihan Amerika dan juga hak-hak pribadi,” tambah keduanya.
Alexander Nix -Kepala Eksekutif Cambridge Analytica- sudah ditanyai oleh satu komite parlemen Inggris bulan lalu tentang penggunaan data untuk pesan-pesan yang dirancang dengan sasaran tertentu.